- Ketua Muay Thai Jabar Buka Suara Soal Sarah Avilia! Bantah Diskriminasi, Tegas Soroti Etika Atlet!
- Naik Pangkat! Irjen Pol Karyoto Dipilih Kapolri jadi Kabaharkam Polri!
- Kapolri Tunjuk Irjen Asep! Keamanan Jakarta Kini di Tangan Sang Master Reserse!
- Geger! Wakapolri dan Kabareskrim Diganti, 61 Jenderal dan Perwira Polri Dimutasi Bulan Ini
- Kapolda Metro Jaya Kobarkan Semangat Pegawai Negeri: Siapkan Jurus Wirausaha
- Heboh Foto Ibu dan Bayi di Kantor Polisi! Terungkap: Penipuan Mobil Rp420 Juta
- Borneo FC Ekspansi ke Jakarta! Siap Jaring Bibit Emas Sepak Bola Sejak Dini
- Zaskia Nur Azizah Kembali Sabet Medali Emas di Bandung! Dapat Dukungan TNI!
- Bendera One Piece Berkibar Jelang HUT RI, Dasco: Jangan Main-main, Bisa Pecah Belah Bangsa!
- Kapolres Tangsel Ngaspal Bareng Warga, Sosialisasi Program CETAR Anti Tawuran!
ETOS: \"Di Kasus Vina, Kok Ramai-ramai Bully Polisi, Ada Apa Sama Bangsa Ini???\"
ETOS

Keterangan Gambar : Istimewa
MATANEWS, Jakarta – Dalam acara diskusi bertajuk "Apakah Polri Mampu Tuntaskan Kasus Vina?" yang diadakan di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute, Iskandar, mengungkapkan kekhawatirannya tentang serangan publik terhadap kepolisian.
Acara yang digelar pada Jumat ini dihadiri oleh berbagai tokoh seperti Ketua IPW Sugeng Santoso, anggota Komisi III DPR RI Beni Kaharman, Wakil Komnas HAM Dr. Abdul Haris Semendawai, dan perwakilan dari Kadiv Humas Mabes Polri yang berhalangan hadir.
Iskandar menyatakan bahwa perkembangan kasus Vina semakin tidak fokus pada substansi, tetapi lebih banyak didominasi oleh asumsi dan opini yang tidak mendasar. "Perkara ini sudah sampai ke kuping Presiden dan sudah menjadi atensi khusus dari Presiden langsung kepada Kapolri. Jadi, biarkan polisi bekerja tanpa gangguan," tegas Iskandar.
Baca Lainnya :
- Dampak Tren Olahraga Terhadap Gaya Hidup Masyarakat di Era Digital
- Peran Mahasiswa Teknik Informatika (TI) di Zaman Modern
- Penghargaan untuk Polri: Bukti Efektivitas Kerja Sama Police to Police dengan Thailand
- ART Nekat Lompat dari Rumah Majikan Meninggal Dunia Setelah 8 Hari Perawatan
- Siswi SMP Pelaku Bullying Bocah SD di Depok Diamankan Polisi
Ia menyoroti bahwa terlalu banyak pengacara yang berbicara di media, sehingga membuat suasana semakin tidak kondusif. "Kok jadi ramai-ramai menyerang polisi? Seburuk itukah polisi di mata publik? Kalau ada kesalahan dalam proses penangkapan, penahanan, dan lain-lain delapan tahun lalu, polisi punya mekanisme untuk memberikan sanksi," tambahnya.
Iskandar juga menegaskan bahwa tidak hanya polisi yang perlu diperiksa dalam kasus ini, tetapi juga jaksa dan hakim yang terlibat dalam proses hukum terdahulu. "Kalau dulu ada tekanan, dari siapa? Ini tidak sulit asal tidak kisruh," katanya dengan nada tinggi.
Ia mempertanyakan motif di balik gerakan beberapa pengacara yang tiba-tiba menyerang institusi Polri. "Siapa yang menggerakkan mereka? Jangan bicara atas dasar kemanusiaan dan lain-lain. Biarkan polisi bekerja," ujar Iskandar.
Menurutnya, proses penangkapan Pegi Setiawan bukanlah bagian dari rekayasa polisi, melainkan strategi untuk mengungkapkan tersangka sebenarnya.
Iskandar juga menekankan bahwa Polri mampu menyelesaikan kasus ini dengan atau tanpa atensi Presiden. "Bahkan, polisi membuka posko pengaduan online 24 jam di Polda Jabar terkait ini. Mau dibilang tak serius lagi polisi?" tuturnya.
Mengakhiri pernyataannya, Iskandar menyerukan agar tidak hanya kepolisian yang dibenahi, tetapi juga kejaksaan, kehakiman, dan institusi lainnya. "Janganlah memojokkan polisi terus-menerus. Kasus Vina ini saya yakini akan selesai," pungkasnya.
Acara diskusi ini menggambarkan ketegangan yang muncul dalam penanganan kasus Vina, serta sorotan tajam terhadap kinerja kepolisian dan institusi hukum lainnya di Indonesia. (Wly)
